Berbicara tentang tradisi ramadan di berbagai daerah di Indonesia, aku sebagai orang yang pernah merasakan perbedaan tradisi ramadan itu saat aku berada di tanah Sunda.
Kalau dilihat secara umum memang tidak jauh beda dengan di tanah Jawa. Hampir semuanya sama. Menurut pengalamanku dulu, selama berada di tanah Sunda, tradisi yang aku ingat itu ketika menginjak bulan ramadan adalah papajar.
Aku kurang tahu ini sebuah tradisi atau bukan tapi kurang lebih kegiatan ini gak ada di Jawa. Menurut hasil risetku sih mengatakan bahwa papajar itu tradisi. Pertama kali aku dikenalkan papajar ini oleh teman kuliah aku.
Papajar dalam bahasa Sunda artinya mapag pajar. Ketebak bukan artinya? Yup bener! Artinya menjemput fajar. Papajar merupakan kegiatan berkumpul keluarga untuk menghabiskan waktu yang diisi makan-makan atau berekreasi sebelum bulan ramadan tiba.
Biasanya papajar dilakukan seminggu sebelum ramadan tiba. Dulu aku diajak papajar sehari sebelum ramadan sama Fazrina untuk makan-makan. Yah, enggak makan-makan besar sih. Kita cuma datang ke salah satu restoran yang ada di Bandung.
Kalau di Jawa sendiri, ada tradisi sebelum ramadan juga. Namanya megengan. Megengan merupakan tradisi ziarah makam, makan bersama sebagai bentuk rasa syukur. Biasanya megengan dilakukan membagi-bagikan makanan ke tetangga sekitar atau berkumpul di masjid atau mushola, menggelar doa bersama sambil membagikan makanan.
Kalau tidak salah di tanah Sunda menjebutnya dengan munggahan. Untuk kegiatannya sendiri, mungkin kurang lebih sama. Hanya penamaannya saja yang berbeda.
Setiap daerah pasti punya tradisi ramadannya sendiri. Jangankan daerah, satu daerah yang sama saja sudah banyak variasinya meskipun dengan nama tradisi yang sama.
Tradisi ramadan Sunda dan Jawa yang menurutku bisa di comparing itu papajar dan megengan (munggahan). Coba kalian rasakan sesekali perbedaannya. Sangat seru mengenal tradisi daerah lain yang sebenarnya punya makna yang sama tapi penyebutannya ataupun kegiatannya punya versinya masing-masing.