[DAY-04] Bintang dalam Pilu

by - April 16, 2021


MERHABA, READERS!  

Membahas sebuah pencapaian atau achievement diri ternyata perlu menggali ruang-ruang  memori. Tak hanya mencari namun juga perlu menimbang-nimbang, apakah pencapaian itu termasuk pencapaian yang menurut kita adalah sebuah pencapaian yang luar biasa atau tidak. Sama halnya denganku. Ketika orang lain menanyakan apa pencapaian tertinggi dalam hidupku, aku selalu mempertanyakannya pada diriku sendiri. Apa sih? 

Bentuk pencapaian bisa bermacam-macam tergantung bagaimana orang melihatnya. Pada umumnya pencapaian merujuk kepada sebuah perstasi yang sukses. Namun bagiku, pencapaian tidak hanya sekedar prestasi yang terlihat, melainkan sebuah pencapaian yang tidak terlihat. Lalu seperti apa pencapaian yang tidak terlihat itu? 

So, in my case, pencapaian yang tidak terlihat itu ada dalam mentalku. Sebelumnya aku mikir-mikir dulu nih, apakah kisahku ini akan kuceritakan atau kupendam sendiri. Bahkan rasa yang kurasakan ini, belum pernah aku ceritakan kepada siapapun, termasuk keluargaku sendiri. Begitu memulai memikirkan masa-masa itu, menuliskannya saja terasa berat. Namun, dikesempatan kali ini aku akan membagikan pencapaian tertinggi dalam hidupku selama 22 tahun terakhir ini sebagai pembelajaran hidupku nantinya. Keep on reading!! 

Jadi pencapaianku ini sebenarnya bukan berada disebuah kondisi yang baik-baik saja. Aku mendapatkan pencapaianku ketika aku berada di keadaan yang pilu menurutku. Di tahun 2017, tahun dimana aku melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar kota yang jauh dari kotaku. Ya, dulu aku melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di salah satu politeknik swasta di Kota Bandung, which is jauh dari tempat asalku berada yaitu di Jawa Timur. Siapa sangka tahun pertama yang belum genap setengah tahun itu, aku mendapati sebuah kenyataan pahit seumur hidupku. Kurang lebih sebulan aku berada di Bandung, aku mendapatkan kabar bahwa Ayahku telah tiada. Aku mendapatkan kabar ini secara tidak langsung melalui sebuah insiden grup chat. Pada saat itu, aku seperti biasa melakukan aktivitasku yang kebetulan tengah mengikuti ekstrakulikuler di kampus di malam hari. Selesai kegiatan, aku menuju ke kostan temannya sepupuku, tempat dimana sepupuku berada untuk pulang bareng. 

Ketika tengah menunggu, aku mengangkat ponsel sepupuku untuk menerima panggilan dari tanteku. Kenapa bukan sepupuku sendiri yang mengangkat panggilan? Waktu itu ia tengah sibuk dengan temannya untuk mengambil sesi foto. Tanteku tidak menjelaskan apapun padaku dan menyuruhku untuk memberikannya pada sepupuku. Singkat cerita aku dan sepupuku keesokan hari memutuskan untuk pulang ke Jawa Timur. Katanya Ibu sepupuku tengah sakit. Disinilah insiden grup terjadi. Pada saat perjalanan aku melihat notifikasi chat grup. Ketika aku membukanya, disinilah aku akhirnya mengetahui kejadian yang sebenarnya. Lalu apa yang terjadi? Tentu saja tangisku pecah seketika. Seperti drama buatan, tapi begitulah nyatanya. 

Berlarut-larut dalam kesedihan? Tentu saja aku menahannya selama aku menjalani kehidupanku kembali sebagai seorang mahasiswi. Aku adalah tipe orang yang tidak suka dikasihani. Jadi aku mengcover diri selama 3 tahun belakangan ini dengan diriku yang ceria. Pasti jika kalian yang mengenalku akan tau, seberapa sering aku menunjukan air mata karena masalah ini kepada kalian? Coba kasih tau aku hehehe. Apakah sekarang masih? Tidak. Momen inilah aku struggle untuk menyelesaikan pendidikanku tepat waktu. Sempat terpikir untuk putus kuliah, namun aku memutuskan untuk melanjutkannya, dengan alasan keluargaku yang membiayaiku. Hingga akhirnya aku melewati masa-masa pilu selama kurang lebih 3 tahun. Di akhir tahun pendidikanku tahun 2020 dimana pandemi Covid19 menyerang yang membuat wisudahku menjadi via virtual, aku mampu menyelesaikan pendidikan D3 Manajemen Informatika tepat waktu dengan pujian Magna Cum Laude.

(Edisi wisudah online 2020)

Inilah yang aku maksud dari pencapaian tak terlihat. Bukan prestasi nilai yang kubanggakan, melainkan pencapaian tertinggi dalam hidupku ketika aku mampu berdiri dengan percaya diri dan mampu menghandle mentalku. Aku mampu melewatinya tanpa kendala. Bahkan masa kuliahku adalah masa dimana aku mendapatkan kepercayaan dari banyak orang.

Wah, udah panjang aja nih tema kali ini. Bukan curhat, melainkan hanya menyampaikan pencapaian tertinggi dalam hidupku. Lucu juga ketika nulis kisah ini aku berusaha menahan air mata untuk tidak jatuh di bulan Ramadan ini hahahaha. Sekarang jadi agak khawatir nih kalau ini dibaca mama 😅

Terakhir, teruntuk teman-temanku yang mengenalku ketika masa kuliah, terima kasih sudah membuat kisah bersamaku...



You May Also Like

0 Comments